Senin, 30 Juni 2008

Basilika St Maria Para Malaikat, Porziuncola, Assisi






Sudah beberapa kali saya mengunjungi kota Assisi. Setiap kali sampai di kota ini saya melihat bahwa kota ini tidak amat istimewa secara gografis. Berada di atas bukit kecil Subasio. Dan sekarang nampak begitu padat dengan penduduk, pasar, orang berjualan suvenir, restoran dll. Sehingga tak beda dengan berada di tengah kota yang sumpek, apalagi takkurasakan udara yang segar.

Bagi saya yang lebih menarik adalah Porziuncola. Sebuah kota kecil, mungkin lebih tepat saya sebut desa, di bagian luar kota Assisi. Porziuncola terasa lebih asri. di dekat tempat ini masih kutemukan kebun-kebun hijau dan udara segar terhirup nikmat. Saya paling senang berada di Gereja Maria Para Malaikat di Porziuncola ini. Di sekitar Basilika ini kita dapat temukan taman dan pepohonan rindang. Demikian juga kalau memasuki Basilika, akan terasa lebih lega, terang dan megah. Kebanyakan Basilika memang megah tetapi terasa sumpek karena sinar matahari tak masuk menerangi.

Di Dalam Basilika ini ada sebuah Gereja (lebih tepat kapel) yang mungil. (lihat pada gambar). Kapel Porziuncola ini memang suatu yang istimewa. Dan Basilika yang megah ini dibangun memang untuk mengenang nilai sejarah dan religius dari adanya Kapel tersebut. Kapel Porziuncola dibangun oleh Santo Fransiskus Assisi dan para sahabatnya pada abad 13 Masehi. Setiap kali aku mengunjungi tempat ini aku selalu berlama-lama berada di dalam kapel ini. untuk berdoa tapi juga untuk diam sejenak, kadang pula sampai terkantuk kantuk he he he.

Di dalam basilika ini juga di buat suatu kapel lain yang disebut sebagai kapel Transitus. Disebut demikian karena kapel ini dibangun untuk mengenangkan saat kematian Fransiskus, saat Fransiskus berpindah dari hidup di dunia ke hidup di surga. Di samping kapel Transitus ini masih terpelihara sel (ruangan kecil) dimana Fransiskus menghembuskan nafas terakhirnya.

Dahulu disekeliling kapel Porzuncola ini, ada beberapa rumah tempat Fransiskus dan para sahabatnya tinggal. Dari tempat ini pula Fransiskus membangun dan memperkembangkan Tarekat Saudara Saudara Dina (OFM). Jadi Basilika ini dibangun di atas tempat dimana St. Fransiskus dan para sahabatnya memulai dan menumbuhkembangkan hidup seturut Injil.

Kamis, 26 Juni 2008

Ostia Antica






Ujian akhir tahun baru saja selesai. Masa liburan datang. Pagi itu 20 Juni 2008 kurang lebih jam 09.00 saya bersama beberapa teman bersiap untuk mengadakan kunjungan ke Ostia Antica. Awalnya kumengira dia ada di dalam kota Roma, eh ternyata berada di luar kota Roma. Perjalanan menuju tempat itu kami tempuh dengan Kereta Listrik dari Stasiun Porta St. Paolo, Ostiense. Kami mengambil kereta Jurusan Lido C. Colombo, berangkat pukul 09.16 Perjalanan dengan kereta ini ditempuh sekitar 40 menit. Kami turun di Stasiun Ostia Antica, lalu jalan kaki sekitar 15 menit.

Ostia Antica adalah suatu situs arkeologi dari sebuah kota tua yang berada di dekat muara Sungai Trastevere dan berada di pantai Laut Tirrene. Kota Ostia mulai bertmbuhdari sebelum abad 4 Sebelum Masehi. Dalam reruntuhan Kota Ostia, masih tersisa berbagai bangunan yang menakjubkan: Suatu bangunan Teater yang digabung dengan Kuil Pemujaan yang dikellingi dengan pasar. Ada beberapa kuil kecil pemujaan Dewa-Dewi tertentu dan ada pula Sinagoga yang pernah dipakai oleh orang-orang Yahudi diaspora. Di sudut lain terdapat pula tempat ibadah kelompok Kristen.

Kota ini dihuni selama kurang lebih sepuluh abad. Kejayaan Ostia nampak pada sekitar abad kedua Masehi. namun mulai pudar pada setelah abad ke enam masehi.

Saya tidak sempat mengunjungi seluruh sudut kota ini. Saya sempa mengunjungi tempat pemakaman di pinggir kota, beberapa jalan utama dan bekas-bekas rumah serta tempat pemandian, juga saya mengunjungi Bangunan Teater yang masih berdiri tegak, kuil2 dan juga jalan utama yang di pingginya terdapat bekas tempat berjualan. Kunjungan saya berakhir di sebuah tempat pemujaan dewa-dewa yang digambarkan dengan simbul-simbul bintang (planet). Sekitarjam 13.oo perutku terasa laper banget maka kamipun segera mencari tempat untuk mengisi perut.

Selepas makan saya segera cabut dan pulang. Lumayan lelah juga jalan-jalan hari ini.


Senin, 16 Juni 2008

cuplikan film forest gump

Aku pertama kali menonton film ini pada awal tahun 1995, lalu beberapa kali aku menontonnya lagi. Film ini sungguh mengesan bagi hidupku: mengingatkan aku bahwa semangat, keyakinan dan kemauan akan membuat hidup benar2 hidup.
Keajaiban memang selalu terjadi setiap hari, juga dalam hal-hal yang sepele. Sebab DIA yang Mahakasih selalu hadir menyertai manusia dan setiap ciptaanNya.

Sabtu, 14 Juni 2008

si kaki tiga



Ini bukan si 'Baba' anjing kecilku, tetapi sekor anjing yang kutemui di Santuario San Gabriele Posenti di Teramo Italia. Biarpun kakinya cuma tiga, tetapi dia amat baik. tidak kelihatan sedih. bahkan boleh dikatakan ramah terhadap para pengunjung di Santuario. Ketika kufoto ia malah bergaya dangan menjulurkan lidahnya he he.

di bawah pohon



baru mau menikmati berteduh  di bawah pohon.

eeeh ngga taunya ada yang memfotoku.

kenapa marah sih?

Di rumahku ada seekor anjing bernama ‘Baba’. Ia suka sekali bermain-main terutama dengan orang yang telah ia kenal. Anjing kecil ini lucu sekali, dan cukup pintar; ia tahu apa yang diperintahkan. Selain itu ia bisa juga diajak becanda, dan suka sekali dimanja. Bahkan beberapa anak kecil yang datang ke rumahku terbiasa membopong anjing kecil ini untuk diajak becanda.
Akan tetapi, aneh, suatu hari ia menjadi sangat agresif dan galak. Ada apa dengan dirimu baba? Ah ternyata ia takut, dia merasa terganggu dan terancam.
Waktu itu ada teman saya datang, ia menyambut gembira, tetapi teman saya itu tidak suka anjing. Teman saya merasa terganggu dengan tingkah si baba, dan baba dihalaunya serta dipukul. Mendapat perlakuan seperti itu anjing kecil itu menjadi marah dan agresif. Mengapa dia marah? Bukan karena dipukul tetapi karena takut. Takut karena ada ancaman. Takut melahirkan kemarahan. Kemarahan melahirkan kekerasan dan kejahatan.
Namun rasa tidak suka yang diungkapkan dengan menyingkirkan atau mengusir bisa memicu kejahatan dan kekerasan, sebab rasa tidak suka yang dibiarkan meluap begitu saja bisa tumbuh menjadi kemarahan yang ditampakan dalam kekerasan dan kejahatan.

  Bunda Maria dan Santo Yusuf , doakanlah kami   Upaya Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)     untuk menjadi Gerakan dan Persekutuan umat Alla...