Jumat, 03 April 2009

Bisakah hidup dalam damai dengan sesama?


Dori pergi ke tukang cukur langganannya. Baru saja Dori duduk untuk bersiap dicukur rambut di kepalanya, si Tukang cukur berseru ,”sepertinya belum sebulan bapak cukur, kok sekarang cukur lagi sih pak?”
“Ah pengin kurangi dikit aja sih”,begitu sahut Dori.
“Tapi rambutnya khan belum panjang pak”. “ Yah, biar rapi to”, kata Dori lagi.
Tukang cukuritu melanjutkan pembicaraannya, “memangnya mau kemana pak”.
“Saya mau pergi wisata ke Roma”, jawab Dori enteng.
Tukang cukur itu menyahut,”ah lebih bagus wisata ke Amsterdam Belanda, lebih asyik di sana. Bapak akan naik apa nanti?”
“Naik Malaysia Airlines”.
Tukang cukur itu mengkritik,”Malaysia Airlines kurang bagus pak, lebih bagus pakai KLM, pelayanan lebih baik, pramugarinya juga cantik-cantik”
Dori diam saja dikritik seperti itu.
Tukang cukur itu bertanya lagi,”nanti di Roma bapak mau ketemu siapa?”
“Saya mau ketemu beberapa teman, orang-orang Indonesia yang di sana, dan siapa tahu bisa juga bertemu Paus Benediktus”, sahut Dori penuh semangat.
Maka dengan nada tinggi Tukang cukur itu berkata,”Ngaca dong pak, bapak itu siapa? Paus itu siapa? Mana mungkin orang seperti bapak dapat berjumpa Paus, sadar dong pak!
“Yah namanya juga siapa tahu, semoga saja toh”, jawab Dori ngga mau kalah.
“Iya siih, tapi jangan muluk-muluk dong, terlalu tinggi impiannya pak”, bantah si tukang cukur.
“Ah sudahlah, sudah, selesaikan saja cukurnya” kata Dori yang males melayani omongan si tukang cukur.
Selesai potong rambut Dori segera pulang.
Sebulan kemudian Dori pergi ke tukang cukur langganannya itu.
Tukang cukur itu segera menyambutnya dan bertanya “apakabar pak, bagaimana wisatanya , bagus?”
“Bagus sekali dan menyenangkan. Bahkan saya sempat berjumpa Paus” kata Dori
“Oh ya?, Ah yang bener pak”, kata si tukang cukur, setengah tidak percaya.
“Eh bener dong, tidak ketemu dalam jarak yang jauh, tapi saya malah semper bertatap muka, juga bersalaman dengan beliau”, kata Dori membanggakan diri.
“oh ya?”, seru tukang cukur itu. “Iya, saya juga sempat mencium tangannya,” kata Dori dengan tegas, “dan ketika saya mencium tangan kanannya, tangan kiri beliau memegang kepala saya dan mengelus rambutku”.
“Lalu lalu beliau berkata apa? Tanya tukang cukur itu penuh harap.
Dori menjawab “beliau, berkata ‘kamu potong rambut di mana? Jelek bangettt gini”.
Tukang cukur itu jadi asemmm banget dan tidak omong apa-apa lagi.

Rasa sakit hati terbentuk ketika ada respon negatif yang diterima. Respon negatif atau kritik yang merendahkan membuat seseorang tidak hanya sakit hati tetapi juga menyimpan dendam. Dendam itu bisa tertanam dalam diri dan bertahan disana cukup lama, hingga saatnya meletup dan muncul dalam bentuk balas dendam.
Saling menyakiti, saling membalas dendam merupakan bahan bakar yang paling efektif untuk merusak suasana damai, untuk memmulai suatu peperangan dan melanjutkan peperangan.
Lalu apa yang harus dilakukan agar terwujud kembali perdamaian, tercipta kembali rasa damai? Simpel saja buatlah senyum yang manis, dan ajaklah orang-orang disekitar anda juga tersenyum.
Buatlah agar anda dapat hadir bersama orang lain dalam suasana gembira, bahagia. Di situ perdamaian akan tercipta. Maka baiklah jika kita berani memberikan respon positif kepada sesama/ saudara kita, dukungan atau pertimbangan positif pada rencana atau apa yang dipikirkan oleh sesama kita, serta memberikan apresiasi kepada apa yang sedang dilakukan sesama kita.
Cara itu tidak saja membangun suasana damai tetapi juga memperkembangkan hidup dalam persaudaraan dengan semua orang. Semoga.

Rm. Y. Agung Setiadi

Sudahkah kita menanggapi panggilan Tuhan Yesus?


Mungkin kita mudah beranggapan bahwa karena kita telah mengenal dan mengikuti Yesus, otomatis kita adalah orang yang benar sedangkan orang lain di sekitar kita yang belum mengenal Yesus adalah orang berdosa. Namun hendaknya kita ingat bahwa Yesus datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang yang berdosa supaya mereka bertobat.

Ini tidak berarti bahwa Yesus tidak peduli pada mereka yang benar dan hanya peduli pada mereka yang berdosa. Yesus memanggil orang berdosa supaya bertobat dan menjadi orang benar. Itulah yang diharapkanNya terjadi dalam diri semua orang. Maka yang sudah benar dipanggil untuk bertahan dalam kebenaran dan menjadi semakin setia dalam kebenaran. Namun dalam kenyataan kita sering kali terkurung dalam dosa, dan sering melakukan dosa walaupun kita selalu mendengarkan Yesus dan dekat padaNya. Kita semua memang sedang berjuang untuk menjadi orang-orang yang benar.

Dosa tentu dapat memasuki siapa saja yang masih hidup diatas bumi ini. Sekalipun mereka beragama atau menjadi murid Yesus dan mengaku orang yang benar, hidup mereka dapat saja masih dikuasai dosa. Kitapun sebagai orang yang sudah berusaha setia mengikuti Yesus sebagai muridNya, tidaklah bersih dari dosa. Karena itu, marilah kita sebagai sesama manusia yang lemah dan berdosa, kita tanggapi panggilan Tuhan Yesus, mengikuti Dia, agar kita dibenarkan oleh kuasa kasihNya dan bukan oleh perasaan dan pikiran kita.

Bagaimanakah caranya? Coba deh, simak pembicaraan dua anak Sekolah Minggu yang sedang bercakap-cakap ini:
Samuel : "Coba terka, orang seperti apa yang paling banyak masuk neraka, apakah pencuri, pembunuh atau orang pelit?"
Natanael: "Tentu saja pencuri dan pembunuh! Karena yang satu mengambil harta orang sedangkan yang lain mengambil nyawa orang."
Samuel : "Kata papa-ku, orang pelit adalah yang paling banyak masuk neraka!"
Natanael: "Ach, masa iya ... ??? Apa dosanya? Khan itu hartanya sendiri, suka-suka donk!"
Samuel : "Nah, itulah...! Saking pelitnya maka ketika Tuhan Yesus mau minta dosanya untuk dibuang ke tubir laut yang paling dalam,dia nggak ngasih!"

Nah, perhatikanlah saudara-saudariku, apakah kita masih pelit untuk memberikan dosa kita pada Yesus agar dijadikan bersih dari dosa? Relakah kita mengakukan dosa-dosa kita dalam sakramen tobat? Yakinlah Tuhan Yesus tidak pernah menghukum. Tuhan Yesus sayang pada kita. DIA ingin agar kita selalu berada dalam rumahNya dan terbebas dari dosa.

Rm Y. Agung Setiadi

  Bunda Maria dan Santo Yusuf , doakanlah kami   Upaya Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)     untuk menjadi Gerakan dan Persekutuan umat Alla...